[Part 2 of 3] Sing Me To Sleep


sing me to sleep

 

Cast:

  • Gong Yoo
  • Kim Go Eun

 

Inspired by Alan Walker – Sing Me to Sleep

 

Saat ia sedang asik menonton sebuah drama, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya. Go Eun merasa terkejut karena tidak ada satu orang pun yang memiliki kunci pagar selain dirinya. Ia langsung berlari ke dapur untuk mengambil sapu lalu dengan cepat berjalan ke arah pintu. Dari jendela kecil yang terdapat pada pintunya, ia dapat melihat sosok laki-laki dengan pakaian kemeja dan jeans berwarna biru.

Karena rasa penasaran, ia pun membuka sebagian kecil pintu rumahnya dan mengintip dari balik pintu. Laki-laki yang telah menunggu di depan pintu sejak tadi melihat kearah Go Eun dan tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya.

“Annyeong haseyo Go Eun-ssi.”

 

 

Go Eun langsung menutup pintu tanpa mempersilahkan laki-laki yang menyapanya masuk. Ia menyandarkan punggungnya sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Di sisi lain pintu, laki-laki tersebut menggaruk rambutnya yang tak gatal lalu mengetuk pintu dengan kuat.

 

“Ya! Kenapa kau menutup pintunya!?” ujar laki-laki tersebut dengan nada agak tinggi. “Siapa kamu? Kenapa kau tahu namaku? Bagaimana kau bisa masuk ke wilayahku?” teriak Go Eun tanpa menjawab pertanyaan yang ia terima sebelumnya. “Buka pintunya dulu! Akan ku jelaskan semuanya.” “Tidak mau!” Go Eun menolak membukakan laki-laki tersebut pintu.

 

“Aku Gong Yoo yang menyelamatkan mu semalam. Inikah cara mu membalas kebaikanku?” laki-laki yang bernama Gong Yoo itu bertolak pinggang di depan pintu yang masih tertutup. Ia mulai merasa jengkel dengan Go Eun yang masih belum membukakan pintu. Tak berselang lama, Go Eun membukakan pintu sambil menyembunyikan sapu yang ia pegang dibalik punggungnya. “Mianhaeyo…” Go Eun tertunduk sambil melihat sesekali ke arah Gong Yoo.

 

Gong Yoo menghela nafasnya. “Apakah kau hampir memukulku dengan sapu dibalik punggungmu itu?” Tanya Gong Yoo setelah ia melihat pegangan sapu yang lebih tinggi dari tinggi Go Eun. “Mianhaeyo…” ujar Go Eun sambil memegang sapu itu secara vertikal di hadapan Gong Yoo.

 

“Sudahlah lupakan saja.” Gong Yoo langsung melewati Go Eun yang berdiri dihadapannya dan masuk kedalam rumah tanpa ijin dari Go Eun. Go Eun langsung menghadang Gong Yoo setelah ia melangkah 5 kali dari pintu. “Mau apa kau?” “Sepertinya tidak ada orang lain selain kau dirumah ini.” Gumam Gong Yoo sambil melihat kearah lain. “Apa kau sudah makan? Ayo kita makan. Aku lapar,” ucap Gong Yoo kemudian. “Mwo? Kau mengajakku makan setelah kau berani-beraninya masuk kedalam rumahku tanpa seijin ku? Aku bahkan tak kenal denganmu, Gong Yoo-ssi.” “Anggap saja aku adalah penyelamatmu dari bahaya semalam. Ayo jalan.”

 

Gong Yoo langsung mengenggam pergelangan tangan Go Eun dan menariknya tiba-tiba. Go Eun menahan tarikan tangan Gong Yoo dengan cepat. Secara tanpa sadar ia berteriak dan memukul Gong Yoo dengan sapu yang masih ia genggam. Setelah menerima beberapa pukulan Gong Yoo menarik sapu dari tangan Go Eun dan melemparnya ke sembarang arah, serta melepaskan cengkramannya dari Go Eun.

 

“Tak perlu memukulku. Aku akan pergi makan sendiri kalau begitu.” Gong Yoo terlihat agak kesal lalu berbalik ke arah pintu melangkah pergi dari Go Eun.

 

Kriuk~~~

 

Suara perut Go Eun terdengar kencang. Go Eun langsung memegang perutnya seketika. Gong Yoo yang kesal pun, tertawa sembunyi-sembunyi namun masih melangkahkan kakinya pergi. “Gong Yoo-ssi!” teriak Go Eun saat Gong Yoo hampir melangkahkan kaki melewati pagar. “Tunggu di sana! Aku ambil jaket ku sebentar!” ucap Go Eun saat Gong Yoo menoleh kearah dirinya yang masih memegang perutnya. Ia pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil jaket merah kesayangannya meninggalkan Gong Yoo yang tertawa sekilas disertai helaan nafas kemudian.

 

“benar-benar wanita itu…”

 

~

 

Aura canggung meliputi Gong Yoo dan Go Eun sepanjang perjalanan mereka menuju restaurant terdekat dari rumah Go Eun. Go Eun mengikuti Gong Yoo yang sedang asyik melihat lingkungan dari belakang. Rasa takut dan senang menjadi satu. Ia senang karena ada seseorang yang peduli padanya serta mengajak ia makan. Namun ia merasa takut karena tidak mengenal orang ini sama sekali meskipun orang yang berada di depannya tersebut telah menyelamatkannya dari seorang pria mabuk.

 

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka masuk kesebuah restauran yang memiliki kesan tradisional dari luar. Gong Yoo dan Go Eun duduk berhadapan namun tidak menatap satu sama lain. Go Eun menunduk dan melihat ke sembarang arah sementara Gong Yoo memanggil seorang ahjumma yang sedang duduk di salah satu kursi kosong di dekat kasir.

 

Ahjumma itu memberikan mereka berdua menu yang berbentuk selembar kertas berwarna cokelat. “Seolleongtang kami adalah menu yang paling sering di pesan disini. Kalian harus mencobanya,” ucap ahjumma itu sambil tersenyum. “Benarkah? Kalau begitu kami pesan 2 porsi.” Gong Yoo tersenyum kemudian. “Ya! Kenapa kau langsung memesan seenak mu? Bahkan aku belum selesai melihat menunya,” ucap Go Eun kesal. “Tidakkah kau dengar perkataan ahjumma ini? Dia telah merekomendasikan makanan yang sering di pesan. Tidak ada salahnya mencoba. Benarkan ahjumma?” Gong Yoo mencari pembelaan dari ahjumma yang masih berdiri di dekat meja mereka. “Ne. Ahgassi, kau seharusnya mendengarkan pacarmu ini. Pacarmu sangat tampan dan sikapnya juga baik.” Ahjumma itu tiba-tiba saja memuji Gong Yoo dan membuat Go Eun merasa bingung.

 

“Mianhaeyo ahjumma, tapi dia bukan pacarku.” Go Eun berusaha memperjelas hubungannya dengan Gong Yoo namun ahjumma tersebut tidak mempercayai perkataan Go Eun sama sekali. “Kalian tunggu sebentar. Akan ku siapkan pesanan kalian.” Ahjumma tersebut melangkahkan kaki dari meja Gong Yoo dan Go Eun. Senyuman bahagia Gong Yoo memancar dari wajahnya sementara Go Eun hanya bisa cemberut.

 

“Dasar ahjumma… Pasti kau dekat dengan ahjumma itu, Gong Yoo-ssi.” Gong Yoo terkejut mendengar pernyataan Go Eun. “Aku baru pertama kali kesini, bagaimana bisa aku dekat dengan ahjumma itu.” Ucap Gong Yoo sambil melihat interior restauran yang sebenarnya tidak terlalu menarik itu.

 

“Gong Yoo-ssi.” “Ne?” “Terima kasih telah menyelamatkanku semalam.” Go Eun seraya membungkuk kearah Gong Yoo. “Jangan pulang terlalu malam lain kali, Go Eun-ssi. Kau membuat panik saja.” “Panik? Kenapa..” saat Go Eun ingin menanyakan alasan Gong Yoo panik bukan merasa kaget ahjumma yang mengambil pesanan mereka telah datang kembali sambil membawa pesanan mereka dan menghidangkannya diatas meja.

 

“Kamsahamnida ahjumma.” Go Eun tersenyum kearah ahjumma dan mendapat senyuman manis kembali dari ahjumma tersebut. “Kau anak yang baik dan cantik. Aku harap kau dapat selalu bersama dengan pacar mu ini.” Perkataan ahjumma itu membuat Go Eun menggelengkan kepalanya. “Hajiman ahjumma…” “Selamat makan!” ucapan keras Gong Yoo membuat Go Eun kaget seketika. Ahjumma tersebut terlanjur pergi sebelum Go Eun memberikan penjelasan antara hubungan Go Eun dengan laki-laki yang seenaknya sendiri dihadapannya itu.

 

Suasana hening meliputi acara makan mereka. Gong Yoo terlihat bahagia menikmati makanannya sedangkan raut wajah Go Eun terlihat serius. Di dalam otaknya, Go Eun sedang menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan ia tanyakan setelah ia selesai makan kepada Gong Yoo.

 

Karena sibuk memikirkan pertanyaan, Go Eun tidak sadar bahwa Gong Yoo sudah selesai makan duluan. “Cepat habiskan makananmu, aku akan mengantarkan mu pulang setelah itu.” ujar Gong Yoo sambil menatap kearah Go Eun. Ia bersandar pada bagian belakang kursi sambil mengeluarkan handphone dari kantung celana dan memainkannya.

 

“Gong Yoo-ssi, bagaimana bisa kau tahu namaku? Padahal kita belum pernah bertemu sebelumnya?” Tanya Go Eun di sela makan. Gong Yoo pun langsung menatap ke arah Go Eun dan memasukkan handphonenya kembali. “Hm…aku melihat name tag pada seragammu yang tergantung di kamarmu semalam.” Jawab Gong Yoo santai. “Bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?” “Aku menggunakan kunci milikmu.”

 

“Pertanyaan terakhir, mengapa kau baik sekali padaku?” Tanya Go Eun. “Apakah rasa peduli terhadap sesama sudah hilang dari dunia ini?” Tanya Gong Yoo balik. “Sudahlah, ayo aku antar kembali ke rumahmu.” Gong Yoo bangkit dari tempat ia duduk menuju kasir. “Tapi aku belum selesai makan.” Go Eun terlihat cemberut dan berusaha dengan cepat menghabiskan makanannya.

 

Tak jauh dari tempat Go Eun duduk, sebuah amplop terjatuh dari saku celana bagian belakang. Mungkin amplop itu terjatuh saat Gong Yoo akan mengambil dompet. Saat Go Eun mengambil amplop itu dan hendak mengembalikan amplop tersebut kepada Gong Yoo, ia terkejut dengan tulisan yang terdapat di atas amplop itu. Ia langsung merobek amplop tersebut dan membaca secarik surat yang berada didalamnya.

 

Gong Yoo berada di meja kasir selama beberapa menit mendengarkan beberapa pujian dari sang ahjumma pemilik restauran tentang dirinya. Hingga tiba-tiba saja terdengar suara pintu restauran itu terbuka dengan paksa dan membuat suara cukup keras. Ahjumma dan Gong Yoo yang sedang mengobrol langsung menghentikan pembicaraan mereka seketika.

 

Saat Gong Yoo berbalik sambil memasukkan dompetnya kembali ke kantung belakang celananya, ia baru tersadarkan akan suatu hal yang tak seharusnya terjadi. Tak hanya itu saja, Go Eun juga tidak terlihat di tempat ia duduk. Di atas meja hanya terlihat amplop yang telah disobek tanpa surat di dalamnya.

 

Gong Yoo berlari kearah meja tempat mereka duduk. Ia langsung mengambil amplop yang telah disobek tersebut dan membaca tulisan pada amplop tersebut. “Gawat. Jangan-jangan…” gumam Gong Yoo sambil meremas amplop itu lalu memasukkannya ke kantung celananya.

 

“Kamsahamnida ahjumma.” Teriak Gong Yoo sesaat sebelum ia meninggalkan restauran itu dengan tergesa-gesa. Mengejar Go Eun yang sudah menghilang di jalan setapak di sore hari yang kini telah ramai.

 

~

 

Untuk keponakan kesayanganku, Kim Go Eun.

 

Saat kau membaca surat ini, aku sedang berada di bandara Incheon menunggu keberangkatanku menuju Amerika. Sudah 7 tahun kita tidak bertemu. Bibi sangat senang melihatmu menjadi seorang gadis yang cantik dan juga tegar. Bibi minta maaf tidak bisa mengajakmu ikut bersama bibi, karena paman mu tidak mengijinkan aku membawamu bersama dengan ku. Bahkan paman juga meminta pembantu kita untuk ikut bersama dengan kami.

 

Semua yang terjadi kepadamu dari saat itu hingga saat ini adalah karena kesalahan bibi yang terlalu lemah dan takut. Bibi tidak berani berargumen dengan pamanmu. Bahkan hingga saat ini.

 

Bibi menitipkan surat ini kepada Gong Yoo. Dia adalah seorang anak yang selalu perhatian dan dekat dengan bibi. Bibi selalu menceritakan tentang dirimu padanya dan sepertinya ia tertarik dengan mu. Bahkan ia menemani bibi kabur dari Amerika dan pergi ke Korea hanya untuk mencarimu. Namun sayangnya pada saat kami menemukanmu, kamu sedang dalam bahaya bahkan sempat tak sadarkan diri. Melihat kondisi mu saat itu, membuat bibi makin merasa bersalah tidak bisa menemanimu tumbuh menjadi seorang gadis.

 

Aku tak bisa lama-lama berada di Korea karena pamanmu telah mengetahui keberadaanku di Korea sehingga aku harus segera pulang. Gong Yoo akan mewakili bibi menemanimu di Korea. Bersikap baiklah dengannya, ia akan menjaga mu dengan baik.

 

Aku harap dapat bertemu dan memelukmu lagi suatu hari nanti.

 

Dari bibi kesayanganmu,
Yoo In Na

 

-TBC-

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.